“Duh, setelah lahiran pengin KB, tapi bingung pilih yang mana… yang hormon atau non-hormon ya? Yang nyaman tapi tetap aman. Ada nggak sih?”
Kalau kamu pernah mikir kayak gitu, tenang. Kamu nggak sendiri. Banyak ibu muda juga mengalami fase galau ini. Soalnya, pilihan KB itu nggak cuma soal mencegah kehamilan, tapi juga menyangkut kenyamanan, hormon, dan gaya hidup kamu ke depan.
Nah, biar kamu bisa milih dengan yakin, yuk kenali perbedaan antara KB hormonal dan non-hormonal!
Apa Itu KB Hormonal?
Mengutip Cleveland Clinic, kontrasepsi hormonal mengandung hormon yang disebut estrogen dan progestin. KB hormonal bekerja dengan mengubah keseimbangan hormon di tubuh supaya mencegah ovulasi (pelepasan sel telur). Jadi, tanpa sel telur = nggak bisa dibuahi = nggak terjadi kehamilan. Kontrasepsi hormonal dapat efektif hingga 99% dalam mencegah kehamilan jika digunakan dengan benar. Metodenya meliputi:
- Pil KBÂ : Diminum tiap hari di waktu yang sama. Bisa bantu atur haid dan atasi jerawat hormonal. Tapi harus disiplin minum, ya.
- Suntik KBÂ : Ada yang 1 bulan, ada yang 3 bulan sekali. Praktis buat yang suka lupa minum pil. Bisa bikin haid jadi lebih ringan, bahkan berhenti.
- Implan (Susuk KB)Â : Batang kecil yang ditanam di bawah kulit lengan. Efektif sampai 3 tahun. Cocok buat kamu yang nggak mau repot tiap bulan.
- IUD Hormonal : Alat kecil berbentuk T dimasukkan ke rahim. Efektif sampai 5 tahun, bisa bikin haid jadi lebih ringan dan teratur.
Efek Samping KB Hormonal: Perlu Khawatir?
Sebagian perempuan bisa ngalamin efek samping kayak mual, sakit kepala, perubahan suasana hati, jerawat, sampai berat badan naik. Tapi, nggak semua orang merasakan hal yang sama ya. Tubuh kita masing-masing punya respons yang unik.
Kalau efek sampingnya mulai ganggu aktivitas atau bikin nggak nyaman, jangan langsung berhenti sendiri tanpa konsultasi. Biasanya dokter akan bantu carikan alternatif KB hormonal lain, atau mungkin menyarankan beralih ke metode non-hormonal. Tipsnya: banyak minum air putih, jaga pola makan, dan istirahat cukup bisa bantu mengurangi efek samping ringan.
Lalu, Apa Itu KB Non-Hormonal?
Kalau kamu lebih nyaman dengan metode yang nggak mengganggu hormon tubuh, KB non-hormonal bisa jadi pilihan yang oke. Metode ini bekerja dengan menghalangi sperma mencapai sel telur, atau dengan cara mengenali masa subur supaya bisa menghindari hubungan seksual saat itu. Beberapa jenisnya antara lain:
- IUD Tembaga, tanpa hormon, tapi dilapisi tembaga untuk cegah sperma bertahan. Efektif sampai 10 tahun. Bisa bikin haid lebih deras dan nyeri di awal.
- Kondom, praktis dan tanpa hormon. Juga melindungi dari infeksi menular seksual. Tapi efektivitasnya tergantung pemakaian yang benar.
- Metode Kalender (Pantang Berkala), pelajari masa subur dari siklus haid. Alami dan bebas hormon, tapi butuh disiplin dan pemahaman tubuh yang baik.
Mana yang Cocok Buat Kamu?
Nggak ada satu metode KB yang cocok untuk semua ibu. Pilihannya akan sangat tergantung pada kondisi tubuh, rencana kehamilan ke depan, gaya hidup, bahkan kenyamanan kamu sendiri.
Kalau nggak mau ribet minum pil setiap hari dan belum ingin hamil dalam waktu dekat, bisa banget pilih implan atau IUD. Tapi kalau kamu baru melahirkan dan lagi menyusui, KB non-hormonal bisa lebih aman, terutama di 6 bulan pertama pasca lahiran.
Dan kalau kamu sensitif terhadap hormon, misalnya punya riwayat migrain atau darah tinggi, KB non-hormonal seperti IUD tembaga atau kondom bisa jadi opsi yang lebih aman.
Jadi ibu muda itu nggak gampang. Tapi kamu berhak punya kendali atas tubuhmu sendiri. Pilihan KB yang tepat bisa bantu kamu menjalani peran sebagai ibu dengan lebih nyaman dan percaya diri.
Klinik Adera siap bantu kamu dengan layanan KB lengkap, mulai dari konsultasi sampai tindakan, semua dilakukan oleh dokter-dokter yang paham, ramah, dan bisa diajak ngobrol santai.
Jangan ragu untuk tanya, karena merawat diri adalah bagian dari mencintai keluarga â¤ï¸